Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Nyanyian Lidi

Olika tertahan dalam sel pengap. Suara tetesan sisa hujan melengkapi kebekuan yang menyiksa. Buku-buku catatannya telah diberangus api di depan sel. Bekas abunya pucat seperti wajah kematian. Ia menatap serdadu dengan tatapan ngilu. Dihampirinya serdadu yang tengah berdiri di luar sel. Di dekat pintu yang tergembok sempurna. “Kita satu bangsa, kau tahu?” desis Olika. Serdadu tersebut menoleh ke belakang. Meludahinya. *** Mereka datang, serombongan dengan pelbagai plat motor menghambur di pekarangan rumah joglo Kepala Desa Tangkup. Mereka berasal dari kota sejauh 135 kilometer arah timur. Mereka datang, seolah-olah tamasya di akhir pekan. Beberapa di antara mereka selalu terkikik-kikik renyah di sepanjang jalan. Pak Chaz mengundang mereka untuk meneruskan jejak langkah perjuangan kaum tani. Kepala desa muda yang bernampilan mirip penyanyi ibukota tersebut mendapati serombongan pemuda bernyali besar. Mereka bersenjatakan jimbe, biola, gong, akordion, kuas, pena, dan papan sablon