Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Hantu di Celah Rak-Rak

Rak-rak yang diam. Rak-rak yang angkuh. Aku menyusuri celah per celah dengan gelisah. Sesekali terpekur di depan rak yang menjulang, melejitkan nama banyak orang. Sesekali aku melirik, ke kanan ke kiri, siapa tahu sekelebat bayangan mengikutiku diam-diam. Langkahku terhenti, bermula dari deretan paling ramai. Fiksi. Kupicingkan kedua kelopak mataku, membaca dua kata yang melekat di rak bagian paling atas. Novel Sastra .  Lalu pandanganku turun ke lapis demi lapis rak. Buku-buku bersampul menarik berjejer-jejer, menjual diri. Kulihat dari ujung kanan hingga ujung kiri. Semua fiksi. Semua sedang menuturkan kisah. Koridor pendek di antara rak menjadi sempit. Sebagian besar pengunjung berkutat di sini. Mereka memilah buku berdasarkan sampul dan judul. Para pemudi dan para pemuda. Sepertinya mereka sibuk membatin, kisah apa yang akan menjadi kudapan mereka akhir minggu ini? Kulihat novel-novel bersampul manis berjudul melodramatis. Kuambil salah satunya, tentu saja acak, berdasar

Sepotong Pertemuan Para Pengantri

Sumber gambar Devi melangkah cepat. Ia seperti mengejar sesuatu bersama sepatu bertumit tingginya. Napasnya sedikit tersengal, entah mengapa ia merasa tidak tenang. Berkali-kali ditengoknya jam tangan yang melingkar di pergelangan sebelah kiri. Setelah mengisi blanko biru bertumpuk ganda, ia segera mengambil posisi antrian yang sudah mengular panjang di depan teller bank. Ia sedikit kesal karena terpaksa pergi ke bank pagi-pagi di hari Senin untuk sebuah urusan kecil. Kakaknya, Devana, menyuruhnya mampir ke bank sebelum ia ke kampus, mentransfer sejumlah uang ke seorang rekan bisnis di luar kota. Sembari menunggu antrian semakin menyusut, Devi memejamkan matanya. Ia masih mengantuk. Tentu saja, semalaman ia begadang mengerjakan  tesisnya. Beruntung, mesin pendingin ruangan sanggup menenangkan kegelisahan Devi. Tiba-tiba seorang wanita bertubuh tambun di depannya menoleh ke belakang, melengos pada Devi. Selanjutnya ia berjalan pergi, meninggalkan posisi antriannya pada Devi. Se

Hari yang Sempurna untuk Pindah

Sumber gambar Hari ini hari kepindahan Remi. Sebuah rumah mungil berdekor minimalis di sebuah kompleks pinggir kota siap menyambut barang-barangnya. Lima tahun lamanya ia menabung untuk membeli sebidang kapling tanah. Jauh-jauh hari ia memesan jasa arsitek untuk memperinci konsep rumah idamannya. “Jadi, saya tambahkan mushola kecil di samping kamar utama untuk pengantin baru kelak, bagaimana?” goda Aeron, sang Arsitek kepada kliennya, tepat satu  tahun yang lalu. Sang klien hanya tersipu malu. Hari Minggu, hari yang sempurna untuk urusan tetek bengek pindahan. Lima tahun sudah ia tidur di ketinggian lantai 14. Di dalam apartemennya, hanya ada satu ruang tidur, satu ruang tamu, satu pantri lengkap dengan bar sebagai pengganti meja makan, satu kamar mandi, dan satu balkon. Satu ruang tidur itu dipenuhi sepotong ranjang ukurang besar, satu set meja kerja, dan satu set wardrobe yang menyatu dengan dinding. Tidak ada yang istimewa, kecuali perabotan itu seragam warnanya, putih ga

Hai silent reader

Mungkin ada yang diam-diam bertanya, mengapa kabarkamar sempat hiatus untuk beberapa waktu. Sulit untuk dijelaskan. Banyak alasan yang bisa kami (ya, blog ini menjadi wilayah kekuasaan lebih dari satu orang) berikan kepada pembaca yang setia. Memang kami tidak memiliki tujuan pasti pada saat kumpulan tulisan di dalam komputer diupload via blog. Beberapa kali kami berdiskusi, hanya diskusi kecil, tentang keinginan-keinginan mengenai tulisan yang ada disini dan sebagian lain yang belum terupload. Dan moment itu tiba Kami mengalami transisi dalam hidup. Terkesan sangat drama, tetapi itu yang sebenarnya terjadi. Sementara itu, kami memilih untuk melihat lebih jauh. Apakah blog ini layak untuk menjadi salah satu pengisi waktu senggang kami. Menikmati onani intelektual, kalau boleh dibilang, atau hanya menjadi ruang bagi mengekspresikan diri di saat tulsisan-tulisan liar lebih laku utuk disebarkan. Dalam hiatus  ini kami kemudian melihat, berhenti sejenak itu tidak mengapa. Dalam pemberhent