Jantungku berdenyut cepat. Aku memimpikannya lagi. Ia tertelan kabut di sebuah jalan beraspal. Lenyap. Tak dapat kucegah. Mengapa aku harus terjebak atas kehilangan yang anomali ini? Aku tidak sungguh-sungguh mengenalnya. Akrab pun tidak. Mengapa ia mendatangiku di sepertiga malam? Seolah malaikat menundukkan diri di atas ranjang, mengatupkan sayapnya yang lebar dan menitipkan kode-kode dalam kepingan mimpiku. Lima hari ini. Terus-menerus. Saat terbangun tubuhku telah menggigil. Jemariku kaku. Ujung kaki ngilu. Sendi-sendiku rasanya menegang. Gigi bergemelutuk. Daster yang kukenakan lembab oleh keringat. Hampir saja kupastikan bahwa aku terkena demam berdarah. Nyamuk beredar lebih banyak di musim kemarau ini. Apakah gigitan nyamuk sekarang mampu menciptakan mimpi buruk? Mungkinkah mereka telah bermutasi tanpa seorang ahli serangga pun tahu? Namun, dokter mengatakan aku baik-baik saja dan aku sama sekali tak merasa demikian. *** Ia bernama Noni. Menjadi tetangga sebelah ka
Kumpulan karya pendek. Update Tiap Sabtu jam empat sore kalau sedang tidak bad mood