Hujan turun dengan komitmen level malaikat lima hari belakangan. Dimulai dengan langit suram, angin kencang yang lembab dan air yang merintik semakin lama semakin deras. Ya, hanya malaikat yang bisa seserius ini menumpahkan jutaan galon air tepat selepas Ashar. Kalau begini, sederet warung di Pujale tampak redup, meski lampu-lampu neon dinyalakan di sepanjang bangku kayu yang disekrup ke semua ujung kakinya. Hujan memaksa para penghuni dan pendatang Pujale duduk berhimpitan. Menggeser meja, tikar, tas dan pantat agar tak terkena cipratan hujan. Apa boleh buat, para pedagang hanya bisa pasrah pada cuaca. Ada yang meringkuk di pojokan dengan mengenakan masker, ada yang merapatkan jaket, ada pula yang merebahkan kepala di gerobak sambil sesekali melongok parkiran. Puluhan sepeda motor kebasahan, diabaikan para mahasiswa. Mereka lebih memilih mendekam di gedung-gedung kampus yang hanya berjarak dua puluh meter dari Pujale. Jika sudah demikian, kesedihan melingkupi para penjual. Ingat
Kumpulan karya pendek. Update Tiap Sabtu jam empat sore kalau sedang tidak bad mood