Aku diliputi sensasi keanehan yang membeku dalam udara pengap kamarku, tatkala cermin setinggi dua meter berdiri kokoh di depan ranjangku, persis. Hawa dingin menyeruak serasa menggelitik tengkuk. Cermin itu berbingkai hiasan sulur, yang merambat ke atas dan berhenti di puncak dengan kepala ular menganga lebar. Entah ular jenis apa, aku tak peduli, namun ia seolah-olah memamerkan taring berbisanya, mengancamku. Aku terpaku di depannya, mendongak. Entah kenapa, yang kurasa justru ular itu hidup, menyeringai memberi salam. Kuamati sekujur bingkai cermin yang berkaki dua, mengadopsi kaki elang yang berkuku tajam. Lagi-lagi aku dilanda perasaan ngeri saat kaki kaki itu seolah nyata dan akan segera mengoyak seonggok daging perempuan muda. “Apa kubilang? Cermin ini sangat menakjubkan bukan? Aku senang melihatmu sampai terbengong-bengong mengagumi benda temuanku ini,” ujar seseorang sembari mengalungkan lengannya ke pinggangku dari belakang. Aku menoleh, kutahan dir
Kumpulan karya pendek. Update Tiap Sabtu jam empat sore kalau sedang tidak bad mood